SAWAHLUNTO — Di balik sosok tegas berseragam cokelat yang kini menakhodai Kepolisian Resor Sawahlunto, tersimpan kisah panjang tentang pengabdian, disiplin, dan cinta tanah kelahiran. Dialah AKBP Simon Yana Putra, S.I.K., M.H., perwira menengah Polri yang menempuh jalan panjang pengabdian sebelum akhirnya kembali ke Ranah Minang — tempat semua langkah pengabdiannya berakar.
Perjalanan karier Simon dalam korps Bhayangkara bukan sekadar deretan pangkat dan jabatan. Ia adalah potret seorang perwira yang tumbuh melalui tempaan keras tugas dan waktu, dari medan konflik hingga ruang strategis di jantung kepemimpinan Polri. Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2006 ini telah mengemban amanah di berbagai wilayah — mulai dari hiruk-pikuk Kota Bandung, ketegangan sosial di Poso, Sulawesi Tengah, hingga beberapa daerah penting lain yang menuntut keteguhan sikap dan kecerdasan emosional tinggi.
Lebih dari satu dekade Simon mengabdi jauh dari kampung halaman. Namun, panggilan pengabdian akhirnya membawanya pulang ke tanah kelahiran pada tahun 2023, ketika ia dipercaya menjabat Ajudan (Sespri) Kapolda Sumatera Barat. Tugas itu bukan sekadar posisi prestisius, melainkan ruang pembelajaran strategis — mengasah kepekaan, loyalitas, serta integritas dalam mendampingi pucuk pimpinan kepolisian daerah.
Langkah kariernya kemudian menanjak cepat. Simon dipercaya menjabat Kapolres Tanah Datar, dan pada pertengahan 2025, ia resmi dilantik sebagai Kapolres Sawahlunto — sebuah kota bersejarah yang kini terus bertransformasi menjadi wajah harmoni antara budaya, pariwisata, dan keamanan masyarakat.
Bagi Simon, penugasan di Sawahlunto bukan hanya tanggung jawab struktural, tetapi juga panggilan nurani seorang anak negeri yang pulang untuk berbuat nyata.
“Saya bersyukur bisa kembali ke ranah sendiri, ke Minangkabau, dan mengabdi di kampung halaman. Ini kesempatan berharga untuk menanamkan pengabdian dengan hati,” ungkapnya dengan nada haru dalam sebuah pertemuan bersama insan pers di ruang kerjanya, Selasa (7/10/2025).
Sebagai pemimpin, AKBP Simon dikenal memiliki gaya kepemimpinan yang humanis namun berprinsip kuat. Ia menekankan pentingnya komunikasi, membangun kedekatan emosional dengan masyarakat, serta menempatkan media sebagai mitra strategis dalam menjaga keterbukaan dan kepercayaan publik terhadap institusi Polri.
“Pers adalah mitra kami dalam menyampaikan kebenaran dan menjaga kepercayaan publik. Kritik yang membangun dari media adalah vitamin bagi kami untuk terus berbenah,” tuturnya lugas namun penuh kehangatan.
Pendekatan kepemimpinan yang ia usung menggambarkan semangat baru di tubuh Polres Sawahlunto — aparat yang tidak hanya hadir sebagai penegak hukum, tetapi juga pelindung dan sahabat bagi masyarakat. Di tangannya, kepolisian diarahkan untuk menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penindak.
Lahir dan besar di Lubuk Lintah, Kota Padang, Simon tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menanamkan nilai disiplin, kerja keras, dan kejujuran. Nilai-nilai itu menjadi fondasi moral yang menuntunnya sepanjang perjalanan karier. Kini, ketika ia kembali ke tanah Minangkabau, semua nilai itu seolah menemukan maknanya kembali: pengabdian dengan hati di tanah yang melahirkannya.
Dari lorong tambang tua hingga jalan-jalan modern Sawahlunto, dari ruang rapat kepolisian hingga forum silaturahmi bersama masyarakat, jejak langkah AKBP Simon Yana Putra adalah kisah tentang seorang perwira yang pulang bukan untuk sekadar memimpin, melainkan untuk menyalakan kembali api pengabdian di ranah bundo.
Post a Comment